Lailatul Qadr ialah malam yang sangat dinanti-nantikan oleh orang-orang mukmin pada bulan suci Ramadhan yang datang pada sepertiga bulan Ramadhan (10 hari terakhir bulan Ramadhan), karena pada malam lailatul qadr merupakan malam yang lebih baik dari pada seribu bulan sebagaimana firman Allah SWT yang menggambarkannya dalam surat AL-qadr. Sehingga banyak orang-orang mukmin yang banyak memanfaatkan malam lailatul qadr ini dengan meningkatkan amal ibadahnya, baik ibadah yang wajib ataupun sunah, bahkan pada malam lailatul qadr tersebut umat muslim saling memanjatkan do'a, karena lantunan-lantunan do'a pada malam tersebut In Sya Allah akan dikabulkan.
banyak yang menanyakan kapan sebenarnya malam lailatul qadr itu datang ? apakah ada pertanda khusus datangnya malam tersebut ? ataukah semua malam 10 terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat malam lialatul qadr ?
sesungguhnya Allah tidak pernah menjelaskan lebih jelas tentang kapan malam lailatul qadr itu datang, Allah hanya menjelaskan keistimewaan-keistimewaannya saja,
akan tetapi terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar
itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, hal ini berdasarkan hadist dari Aisyah yang mengatakan : "
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari
terakhir bulan Ramadan dan dia bersabda, yang artinya: "Carilah malam
Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Romadhon" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).
Ada salah satu kisah Rasulullah SAW mendapatkan malam lailatul qadar..
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW sedang duduk i’tikaf semalam suntuk
pada hari-hari terakhir Bulan Suci Ramadhan. Para sahabat pun tidak
sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Nabi SAW ini.
Beliau berdiri shalat mereka juga shalat, beliau menegadahkan
tangannya untuk berdo’a dan para sahabat pun juga serempak mengamininya.
Saat itu langit mendung tidak berbintang. Angin pun meniup tubuh-tubuh
yang memenuhi masjid. Dalam riwayat tersebut malam itu adalah malam
ke-27 dari Bulan Ramadhan.
Disaat Rasulullah SAW dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun
cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan.
Salah seorang sahabat ada yang ingin membatalkan shalatnya, ia bermaksud
ingin berteduh dan lari dari shaf, namun niat itu digagalkan karena dia
melihat Rasulullah SAW dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusuk
tidak bergerak.
Air hujan pun semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh
Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berada di dalam masjid tersebut,
akan tetapi Rasulullah SAW dan para sahabat tetap sujud dan tidak
beranjak sedikitpun dari tempatnya.
Beliau basah kuyup dalam sujud. Namun sama sekali tidak bergerak.
seolah-olah beliau sedang asyik masuk kedalam suatu alam yang melupakan
segala-galanya. Beliau sedang masuk kedalam suatu alam keindahan. Beliau
sedang diliputi oleh cahaya Ilahi.
Beliau takut keindahan yang beliau saksikan ini akan hilang jika
beliau bergerak dari sujudnya. Beliau takut cahaya itu akan hilang jika
beliau mengangkat kapalanya. Beliau terpaku lama sekali di dalam
sujudnya. Beberapa sahabat ada yang tidak kuat menggigil kedinginan.
Ketika Rasulullah SAW mengangat kepala dan mengakhiri shalatnya, hujan
pun berhenti seketika.
Anas bin Malik, sahabat Rasulullah SAW bangun dari tempat duduknya
dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW. Namun
beliau pun mencegahnya dan berkata “Wahai anas bin Malik, janganlah
engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah,
nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya. ”
Masya Allah Rasulullah pun rela sampai-sampai baju serta tubuhnya basah karena kehujanan hanya untuk mendapatkan keistimewaan malam tersebut, semoga dengan kisah diatas kita dapat meneladaninya. Sehingga kita bisa mendapatkan keistimewaan malam lailatul qadar pula sebagaimana yang telah dialami oleh Rasul dan para sahabatnya. oleh karena itu mari kita saling berlomba untuk mendapatkan keistimewaan malam lailatul qadar, kita perbaiki ibadah-ibadah kita yang dulunya masih sering bolong-bolong, perlahan kita mulai untuk memperbaikinya, perbanyak beri'tikaf di masjid-masjid yang dapat kita singgahi karena itulah yang dilakukan oleh Rasul dan para sahabat untuk memperoleh keistimewaannya.